Yang lain yang dianggap aneh

 

  • Penulis : Avianti Armand
  • Penerbit : Gramedia Pustaka
  • Ukuran : 15 x 19 cm
  • Tebal : 246 halaman
  • Terbit : Juli 2011

Jika saja buku ini terbit di awal 2000-an mungkin saya tidak akan di cap sebagai orang aneh atau orang yang berpikiran rumit oleh beberapa teman, yang sebagian bahkan adalah mahasiswa arsitektur.
Saya sempat mengkritik Palembang dengan mengatakan kota itu sedang melakukan pembangunan yang tidak berkepribadian menjelang PON XVI tahun 2004, di buku ini Avianti menulis essai dengan judul “sembarang kota”. Avianti mengkritik pembangunan di beberapa kota seperti Bandung, Cirebon dan Palembang dengan mengatakan kota – kota tersebut berlomba menjadi “Jakarta yang Lain”.

Atau tentang kegenitan orang – orang dengan uang berlebihan untuk membangun rumah dengan ornamen mediteranian yang asal tempel. Avianti menuliskannya dengan bahasa yang lebih ngena “kitsch”

Tentang pagar, tentang arsitektur untuk orang miskin, di buku ini Avianti juga menulis tentang romo mangun yang membangun daerah pinggiran Jogja menjadi layak huni, hal ini pernah menjadi obrolan di kalangan aktivis kampus awal 2000-an.

Hal yang paling mendasar yang bisa diambil dari buku ini adalah bahwa arsitektur bukan sekedar desain, atau ide. Lebih dari itu, dia adalah rasa dan jiwa yang dijawantahkan kedalam ruang atau bangunan.

Membaca buku ini seperti menemukan kembali teman berdiskusi yang sekarang sudah menghilang dengan kesibukan masing – masing.

Dengan bahasa yang santai, buku ini patut di baca siapapun.

2 thoughts on “Yang lain yang dianggap aneh

Leave a comment